SALAH URUS NEGARA

Setelah sekian lama negara ini merdeka dari imperialisme dan kolonilisme, pemerintah yang mempunyai tanggung jawab mengemban amat rakyat belum mampu melaksanakan cita cita luhur pendiri bangsa ini seperti yang tertuang dalam pembukaan undang undang dasar 1945, yaitu mensejahterakan rakyatnya. Rakyat yang mempunyai hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak untuk kesejahteraannya bahkan sangat kecil peluangnya untuk mendapatkannya, bahkan mereka rela merantau keluar negeri untuk mengadu nasib mereka. Bagi yang beruntung, mereka bisa merubah nasib mereka. Bagi yang kurang beruntung mereka tentu siksaan dari majikan mereka, bahkan ada yang datang tinggal jasad mereka.

Sungguh tragis pengelola negeri ini, mereka tidak bisa melindungi warga negaranya sendiri, bahkan kasus seperti ini sering sekali terjadi. Untuk yang mengadu nasib di dalam negeri memang nasib mereka tidak seburuk bagi yang mengadu nasib di luar negeri.Hanya bagi mereka tentu untuk mendapatkan posisi tentu harus memberikan upeti dengan jumlah tertentu, misalnya untuk menjadi pegawai negeri sipil atau pegawai dibidang kepolisian mereka harus memberikan upeti (menyuap ke pejabat yang mempunyai wewenang) sehingga urusan menjadi lebih mudah dan lebih lancar.

Dari beberapa sektor, seperti identitas diri semisal KTP untuk mendapatkan kartu tanda penduduk betapa jalur yang harus ditempuh berbelit belit yang melelahkan dan ujung jujungnya pada uang, hal ini juga terjadi pada pembuatan surat ijin mengemudi(SIM), bahkan sampai kepada kelahiran dan kematian pendudukpun diperlukan biaya administrasi. Di sektor transportasi darat seorang supir bus yang akan mencari penumpang di terminalpun mereka diapalak oleh preman terminal. Begitupun orang yang sakit yang tidak berdaya apa apa jika akan masuk ke rumah sakit keluarga mereka dipaksa untuk menyerahkan sejumlah unang tertentu sebagai jaminan perawatannya, walaupun jaminan kesembuhan pasien tidak menjadi jaminan. Undang undang sebagai satu pedonan dalam bermasyarakat dan bernegara agar banyak sekali dilanggar.