PENGHASILAN DAN GENGSI SESEORANG

Ketika penulis berkunjung ke Yogyakarta, saya berbelanja di sebuah toko , tertarik dengan penataan dan pemajangan barang yang di jual di toko itu, saya berusaha melihat beberapa jenis barang lain sebelum saya memutuskan untuk membeli barang yang saya butuhkan. Tidak beberapa lama kemudian saya melihat seorang wanita masuk dengan rambut ikal sepanjang bahu dan di ikat kebelakang dengan tanpa mengenakan alas kaki. Kemudian dia menyapa beberapa pramuniaga yang ada di toko itu. Di pikiran saya tergambar bahwa wanita itu adalah pelanggan setia toko itu. Ketika ditanya oleh pramuniaga kenapa tidak menggunakan alas kaki, terdengarlah suara aslinya, bahwa dia adalah bukan seorang wanita tetapi seorang waria. Dia mengatakan ke pramuniaga toko itu bahwa dia tidak memiliki cukup uang untuk membeli sebuah alas kaki, walaupun itu hanya sebuah sandal jepit.

Sambil melihat lihat barang yang dipajang saya mencuri pembicaraan mereka. Pramuniaga menanyakan mau tukar berapa? Pikiranku yang ditukar itu adalah barang yang rusak, ternyata yang ditukarkan itu adalah uang recehan. Ternyata ketergantungan manfaat antara waria dengan toko itu telah berlangsung lama. Waria butuh uang yang utuh, sementara toko perlu uang receh untuk uang kembalian. Waria itu kemudian mengeluarkan bungkusan plastik dari tas yang dijinjingnya dan meletakan di atas etalase yang ada di dekat kasir. Kemudian Dengan dibantu oleh beberapa rekan pramuniaga, mereka menghitung uang receh yang diberikan oleh waria itu terkumpulah uang sebanyak RP 240.000. Kemudian waria itu menerima uang 2 lembar uang kertas seratus ribuan dan 2 uang kertas dua puluh ribuan, dan kemudian waria itu pergi meninggalkan toko itu.

Saya deketi pramuniaga itu dan menanyakan hal ihwal tentang uang yang diserahkan oleh waria itu kepada pramuniaga yang kutanya, pramuniaga menjelaskan bahwa waria itu adalah seroang pengamen jalanan yang setiap hari menukarkan uang receh hasilnya mengamen di toko itu, setiap hari berbeda berkisar antara Rp200.000 hingga Rp300.000, Saya berdecak kagum dengan usahanya mencari uang untuk menghidupi dirinya sebagai orang yang termarjinalkan di masyarakat. Dengan prilakunya yang selalu dipojokan oleh masyarakat ternyata waria itu bisa menghidupi dirinya dengan kecakapan mengamen yang dimilikinya. Hanya kemauan keras dan menutup gengsi yang bisa membuktikan pada kita bahwa mereka bisa survive untuk menghadapi kehidupannya yang banyak dicela orang. Di dalam pola berpikirnya telah tertanam bahwa dia harus membuang rasa malu yang ada di dirinya agar bisa bertahan hidup dengan jalan mengamen. Jika saya hitung hitung bila dia setiap hari menghasilkan paling kecil adalah Rp 200.000 berarti penghasilan minimalnya sebulan sebesar Rp 6.000.000. Hal yang seperti ini lebih bisa dihargai daripada seseorang sarjana pengangguran yang selalu tergantung pada orang lain

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGAN BAGI ANAK DAN ORANG TUA

SWIKE

LIBUR LEBARAN 2012 DAN STOCK BBM